Rabu, 20 Januari 2010

Sekilas Sulawesi Barat



Sulawesi Barat merupakan provinsi baru di Pulau Sulawesi, Indonesia. Sulawesi Barat adalah provinsi pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi dengan ibukota Mamuju sebagian besar dihuni oleh suku Mandar dibanding dengan suku-bangsa lainnya seperti Toraja, Bugis, Jawa, Makassar dan lainnya. Maka tidak heran jika adat dan tradisi suku Mandar lebih berkembang di daerah ini.

Orang Mandar adalah pelaut-pelaut yang ulung. Ketika berlayar, mereka akan bersandar pada yang baik dan pantang menyerah. Sandeq merupakan sebutan untuk perahu layar tradisional khas masyarakat suku Mandar, Sulawesi Barat. Perahu ini memiliki panjang lambung sekitar 7—11 m dan lebar 60—80 cm, dan di samping kiri-kanannya dipasang cadik yang terbuat dari bambu sebagai penyeimbang. Dilihat secara sekilas, perahu ini terkesan rapuh dan mudah rusak ketika mengarungi ombak. Tetapi, di balik itu semua tersimpan kekuatan yang luar biasa. Tercatat pada masa lampau, perahu tersebut mampu berlayar mengarungi beberapa pulau di Nusantara bahkan mampu berlayar sampai ke Madagaskar.

Rakyat Mandar bercita-cita menjadikan wilayah mereka sebagai wilayah Mandar yang terpandang dan mulia. Salah satu tradisi orang Mandar yang sangat terkenal adalah tradisi penjemputan tamu-tamu kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri. Penyambutan tamu kehormatan tersebut sedikit berbeda dari daerah lainnya. Para tamu kehormatan tidak hanya disambut dengan pagar ayu atau pengalungan bunga, tetapi juga dengan Tari Patuddu (Tari Perang), tarian yang biasanya dimainkan oleh anak-anak dengan menggunakan alat tombak dan perisai yang kemudian diiringi irama gendang, tarian ini biasa dibawakan untuk menyambut balatentara kerajaan yang baru saja pulang dari berperang.

Di Kota Mamuju, ibukota Sulawesi Barat, terdapat sebuah tempat wisata yang cukup ramai dikunjungi para wisatawan, yaitu kawasan Pantai Manakarra. Pantai ini merupakan bagian dari Teluk Mamuju, tempat Pelabuhan Batu berada yang menjadi sentra perhubungan di Kota Mamuju. Bagi masyarakat setempat, Pantai Manakarra identik dengan tempat mangkal anak-anak muda. Namun, pada kenyataannya banyak juga orang dewasa yang datang berkunjung ke pantai untuk berekreasi. Biasanya, pantai ini mereka manfaatkan untuk tempat melepas lelah dengan menikmati indahnya pantai.

Jika wisatawan berkunjung ke Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, belum lengkap rasanya jika tidak singgah di Pantai Palippis. Pantai yang terletak di sisi jalan umum yang menghubungkan beberapa kota di Provinsi Sulawesi Barat dan berada sekitar 20 km dari Kota Polewali ini memiliki panorama alam yang menarik. Pantai Palippis menyuguhkan keindahan panorama pantai dengan pemandangan laut lepas. Pantai ini berada di sisi barat Pulau Sulawesi dan berhadapan langsung dengan laut yang memisahkan antara Pulau Sulawesi dengan pulau Kalimantan dan Pulau Jawa.


Catatan :

Sulawesi Barat adalah provinsi pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No 26 Tahun 2004. Ibukotanya ialah Mamuju. Luas wilayah sekitar 16,796.19 km². dan terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%).

Sulawesi Barat dikenal sebagai lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa, dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara, dan minyak bumi.



Sumber :

http://www.katalogindonesia.com/west-sulawesi-overview/
4 Maret 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Barat

Sumber Gambar:
http://sulbar.bps.go.id/index.php?link=geografi

Peta Sulawesi Barat


View Larger Map

Air Terjun Sambabo Mamasa Saingi Niagara


Air terjun Sambabo Mamasa mampu menyaingi keindahan air terjun Niagara yang terindah di dunia.

Permandian alam air terjun Sambabo di Desa Ulumambi Kecamatan Bambam Kabupaten Mamasa, Sulbar yang menjadi andalan wisata daerah itu tak kalah indahnya dengan air terjun Niagara di Amerika.

"Wisatawan yang pernah berkunjung ke air terjun Sambabo menilai, air terjun tersebut mampu menyaingi keindahan air terjun Niagara yang terindah di dunia, "kata Kepala Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa Harnal Edison Tanga di Mamuju, Senin.

Ia mengatakan air terjun Sambabo memiliki keindahan yang cukup menakjubkan bagi para turis asing berada pada ketinvggian 400 meter berada sekitar 10 kilometer dari Kota Mamasa atau sekitar 300 kilometer dari Kabupaten Polewali Mandar.

Selain itu, air terjun yang berasal dari kata Samba dan Botto, memiliki panorama yang indah karena berada di lereng gunung diantara gunung dan batu besar yang terjal dan hutan yang masih lestari.

Air terjun tersebut telah ramai dikunjungi turis mancanegara seperti Jerman dan Belanda yang ingin menikmati wisata alam Kabupaten Mamasa sebagai daerah yang menjadi ikon pariwisatar,ujarnya.

Namun menurunya, air terjun tersebut belum dikelola secara profesional sehingga wisata permandian alam tersebut belum dapat menambah pendapatan bagi Kabupaten Mamasa dari sektor pariwisata.

Karena kata dia, selain medannnya yang sangat sulit dijangkau untuk membangunan infrasturuktur di lokasi wisata air terjun tersebut, anggaran pengembangan sektor wisata di Kabupaten Mamasa melalui APBD juga masih sangat terbatas.

Oleh karena itu, pihaknya akan mengupayakan membangun koordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulbar untuk melakukan perencanaan pengembangan wisata air terjun tersebut agar dapat dikelola secara profesional dan mendapatangkan pendapatan daerah itu.

Menurut dia, selain air terjun Sambabo, Kabupaten Mamasa, juga memiliki air terjun Mambulillin yang terletak di kecamatan Mamasa, air terjun tersebut memiliki keindahan karena berada di lembah lereng bukit terindah yakni Gunung Mabulilling yang bertetangga dengan gunung Ganda Dewata yang ramai dikungjungi pendaki gunung dari seluruh wilayah Indonesia.

Sayannya kata dia, gunung Mambulilin yang berada pada ketinggian sekitar 2741 meter dari permukaan laut tersebut juga belum dikelola dengan baik karena keterbatasan anggaran yang dimiliki daerah itu. [*/lia]

Sumber :
http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/10/14/167739/air-terjun-sambabo-mamasa-saingi-niagara/
14 Oktober 2009

Pasokan Ikan di Majene Turun 80 Persen

Cuaca buruk yang menerpa wilayah Majene, Sulawesi Barat, sejak empat hari terakhir, tidak hanya membuat aktivitas nelayan lumpuh total. Namun aktivitas perdagangan di tempat pelelangan ikan (TPI) Majene pun berkurang. Bahkan, pasokan ikan pun turun hingga 80 persen dan harga ikan naik hingga 50 persen lebih.

Harga ikan cepak yang biasa dijual Rp 15 ribu, kini menjadi Rp 25 ribu per ikat. Sedangkan ikan cakalang kecil yang biasanya Rp 10 ribu, kini dijual Rp 15 ribu per ikat.

Selain harganya mahal, warga pun tak bisa banyak memilih jenis ikan kesukaannya. Hanya ada beberapa jenis ikan-ikan kecil yang dijual pedagang, seperti cakalang, katambak, dan cepak. Itu pun jumlahnya terbatas.

Kepala Syahbandar Majene Jejasa Sarita membenarkan terjadinya penurunan aktivitas nelayan itu. Ia juga terus mengingatkan para nelayan, terutama yang berkapal kecil, untuk tidak melaut karena membahayakan keselamatan mereka.

BMKG setempat juga mengingatkan warga dan para nelayan, agar berhati-hati melaut karena cuaca buruk masih akan berlangsung beberapa hari ini.(IDS/SHA)

Sumber :
http://berita.liputan6.com/daerah/201001/259744/Pasokan.Ikan.di.Majene.Turun.80.Persen
19 Januari 2010

Sekilas Kabupaten Majene


Kabupaten Majene adalah salah satu dari 5 Kabupaten dalam wilayah propinsi Sulawesi Barat dengan panjang pantai 125 Km yang terlatak di pesisir pantai Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara dengan luas 947,84 Km. Kabupaten Majene terdiri terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Banggae, Banggae Timur, Pamboang, Sendana, Tammero’do Sendana, Tubo Sendana, Malunda dan Ulumanda, yang meliputi 40 desa dan kelurahan.
Ibukota Kabupaten Majene terletak di Kecamatan Banggae dengan luas perkotaan 5.515 km, yang berada di posisi selatan Kabupaten Majene, dengan jam tempuh sekitar 3 jam sampai 4 jam dari ibukota Sulawesi Barat (Mamuju) yaitu ± 142 km.

Secara geografis Kabupaten Majene terletak pada posisi 2' 38' 45” sampai dengan 3' 38' 15” Lintang Selatan dan 118'45' 00” sampai 119'4'45” Bujur Timur, dengan berbatasan di sebelah utara Kabupaten Mamuju, sebelah timur Kabupaten Polewali Mandar, sebelah selatan Teluk Mandar, dan Sebelah Barat adalah Selat Makassar. Klasifikasi kemiringan tanah secara keseluruhan relatif miring dengan persentase wilayah yang mengalami erosi sebesar 3,41 % dan luas wilayah kabupaten, dengan suhu udara kantara 21 C sampai 34 C, serta jumlah hari hujan 208 hari.

Kabupaten Majene berada pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 1.600 meter di atas permukaan laut, Daerah ini mempunyai topografi yang sebagian besar merupakan lahan perbukitan dengan vegetasi yang mulai rusak akibat adanya pembukaan hutan menjadi sawah ladang (30% dari luas total 94,784 ha). Sisa dari lahan yang ada berupa daratan aluvial pantai dan batuan gamping (70%) sehingga potensi aliran sungai gunung dan mata air terbatas, apalagi di musim kemarau.

Jumlah penduduk Kabupaten Majene adalah 137.474 jiwa yang terdiri dari jumlah pria 66.494 jiwa dan jumlah perempuan 70.980 jiwa dengan kepadatan 1.060 jiwa per km untuk Kota Majene (Kec. Banggae). Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Majene adalah 0,21% pertahun, dan 1,40% pertahun untuk Kota Majene. Penduduk Kabupaten Majene mayoritas beragama Islam 137.214 jiwa, Kristen 256 jiwa, Hindu 0 jiwa, Budha 4 jiwa dengan sarana peribadatan yaitu Masjid 214 buah, Langgar 61 buah, Musholla 40 buah dan gereja 1 buah.

Sumber :
http://www.majenekab.go.id/sekilasmajene.php

Profil Kabupaten Majene

Wilayah Majene merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi barat yang beribukota di Banggae, secara geografis terletak di 2o38 45 - 3o38 15 LS dan antara 118o45 00 - 119o4 45 BT. Daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Mamuju di utara, Kabupaten Polewali Mamasa di timur, Teluk Mamasa di selatan, dan Selat Makasar di barat. Luas wilayah daearah ini adalah 947,84 Km2. Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi 8 Kecamatan dan 41 Desa. Hingga tahun 2006 memiliki jumlah penduduk 131.977 jiwa yang terdiri dari 65.803 jiwa pria dan 66.174 jiwa wanita, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 1,40%. Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai daerah ini pada tahun 2006 sebesar 454.839,92 (dalam jutaan rupiah) dengan konstribusi terbesar datang dari sektor pertanian 54,145, disusul kemudian dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran 13,08%, serta dari sektor jasa 12,13%.

Daerah ini mempunyai potensi yang besar yang dapat dikembangkan natara lain disektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa kelapa dalam, kelapa hibrida, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, lada, kakao, dan jambu mete. Untuk pertanian ini masih menjadi andalan kegiatan perekonomian di daerah ini dengan hasil utaamanya berupa bahan tanaman pangan yang meliputi padi, tanaman holtikultura, dan palawija.

Selain bertani, penduduk Majene juga bermatapencaharian sebagai peternak, pengembangan usaha beternak dialkaukan dengan mendatangkan bibit unggul, melaksanakan inseminasi buatan, perbaikan mutu pakan, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit. Populasi peternakan didaerah ini berupa kambing, kuda, kerbau, sapi, itik, dan ayam buras. Pemasukan daerah yang berasal dari kegiatan perikanan ini berupa ikan tuna, cakalang, tongkol, dan ikan terbang. Ditambah lagi hasil periakan darat seperti bandeng dan udang. Kondisi perairan Majene ternyata berdampak pula dengan duania pariwisata. Garis pantainya sepanjang 125 Km menyediakan tak kurang dari 11 lokasi wisata pantai lengkap dengan pasir putih, terumbu karang, dan ikan karang berwarna-warni. Sandeq merupakan perahu layar tradisional masyarakat Majene ini sudah diperlombakan sejak tahun 1995 untuk menarik wisatawan.

Dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan ini berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa,serta terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi.


Sumber Data:
Sulawesi Barat Dalam Angka 2007
(01-8-2007)
BPS Provinsi Sulawesi Barat
Jl. KH. Ahad No. 9, Mamuju, 91511
Telp (0426) 21116

Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=7620

Mamasa Andalan Tujuan Wisata Provinsi Sulbar


Mamasa Cottage yang merupakan wisata budaya yang sangat menarik di Kabupaten Mamasa.

Potensi wisata yang dimiliki Bumi Kondo Sapata sangat beragam, mulai dari wisata alam hingga budaya.Pemprov Sulbar bahkan telah menjadikan Mamasa sebagai tujuan wisata andalan Sulbar.

Hawa sejuk mulai terasa sejak memasuki perbatasan Kabupaten Polewali Mandar dan Mamasa. Panorama alam berkontur pegunungan yang tinggi dan jurang di sepanjang jalan menuju Mamasa, menjadi salah satu pemandangan wisata alam yang indah.

Badan yang pegal seusai menempuh perjalanan sepanjang 92 kilometer selama tujuh sampai delapan jam, hilang sudah dengan berendam di kolam air panas. Kolam yang terawat dengan baik di kawasan Mamasa Cottage ini cukup mudah dijangkau. Jaraknya hanya sekitar dua kilometer dari Kota Mamasa.

Sambil berendam di kolam air panas, tanaman padi yang mulai menguning di petak-petak sawah bertingkat, menjadi pemandangan yang menyegarkan mata. Pegunungan Mambuliling yang menjulang tinggi dengan kokohnya, berdampingan dengan Gunung Gandang Dewata menjadi latarnya.

Obyek wisata Kabupaten Mamasa sebenarnya sangat berlimpah. Berkunjung ke Bumi Kondo Sapata, tidak hanya menemukan kolam air panas, atau sekadar merasakan sejuknya udara Kota Mamasa.

Pengunjung obyek wisata dapat pula menyaksikan kuburan tua Minanga yang telah berusia ratusan tahun. Kompleks perkampungan dengan rumah adat yang masih terjaga, tidak hanya dapat disaksikan di Tana Toraja.

Meluangkan waktu sejenak ke perkampungan desa wisata Ballapeu, ketakjuban terhadap kompleks rumah adat telah dapat dinikmati.

Atau, jika memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan hiking atau berjalan ke pegunungan, Mamasa menawarkan wisata jalan kaki ke Gunung Mambuliling. Selain menikmati panorama alam yang indah, rasa capek habis berjalan jauh terobati dengan menikmati kesejukan air terjun Mambuliling.

Obyek wisata lainnya yang cukup banyak di Kabupaten Mamasa, sebenarnya sangat berpotensi meningkatkan pendapatan daerah, jika mendapat pengelolaan yang cukup baik. Infrastruktur perhubungan juga perlu mendapat perhatian serius, terutama jalan yang menghubungkan Polewali-Mamasa-Tana Toraja, agar dapat menggaet wisatawan.

Kabid Pemberdayaan Pelaku Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Mamasa, Obed Parapasan, mengakui masih minimnya perhatian pemerintah mengembangkan obyek wisata. Kendalanya, selalu alasan klasik, yakni masalah anggaran.

"Upaya promosi yang dilakukan selama ini, masih sebatas pembuatan leaflet atau brosur dan beberapa kali mengikuti even pameran. Tetapi obyek wisata yang ada masih belum mendapat sentuhan yang memadai untuk lebih mengembangkan dan menarik minat wisatawan," jelasnya.

Menurutnya, agar obyek wisata yang ada di Mamasa dapat diperkenalkan dengan baik ke luar daerah, dibutuhkan adanya situs khusus Dinas Pariwisata Mamasa di dunia maya atau internet. Namun, keterbatasan infrastruktur, menjadikan rencana ini masih sebatas keinginan yang belum terwujud.

Sumber :
Andi Ahmad-
http://www.liputan-kota.com/2008/11/mamasa-andalan-tujuan-wisata-provinsi.html